Swiss

Swiss
Engelbergh Juli 2010

Minggu, 08 Agustus 2010

Erope Trip day-6 Zurich-Luzern-Mt.Titlis

Hari keenam | Zurich - Luzern – Mt.Titlis | Jumat 25 Juni 2010

Pagi hari ini semua bangun kesiangan (6.30am) padahal niatnya mau pergi sepagi mungkin karena tempat tujuan berada di luar kota. Sehabis sarapan langsung ke Hauftbahnhof dapat kereta api tujuan Luzern (beberapa orang menyebutnya Lucerne) 8.35 SBB double decker dengan mengambil seat di lantai dua. Keretanya baguus, jangan dibandingkan dengan KA eksekutif PJKA, kalah jauh. Kondektur yang memeriksa tiket kami cewek, surprisingly dia bercerita kalau tahun kemaren tour ke Bali dan menjelajah Jawa selama empat bulan.
Saya hanya berpikir kok disini pegawai bisa cuti selama itu. Saya saja yang cuti satu bulan sepertinya /?>!!##@$#. Seorang kondektur jalan-jalan oversea for 4 months. Wisata bagi orang-orang bule menjadi kebutuhan tidak seperti orang Indonesia yang menganggap itu suatu kemewahan. Skala prioritasnya beda. Kalau tersedia uang dianggap lebih baik misalnya ganti mobil dibanding menambah wawasan berkelana ke bagian dunia lain. Perjalanan ditempuh 1 jam. Sambil menunggu KA Luzern-Engelbergh yang 30 menit lagi kami jalan-jalan disekitar stasiun dan Lake of Luzern. Kesempatan yang tak pernah lewatkan adalah membeli postcard disetiap kota yang kami singgahi, kali ini seharga 1.9CHF.

Ke Engelbergh naik kereta ZB (Die Zentral Bahn). Keretanya biasa saja tidak seperti SBB. Setelah masuk gerbong dan duduk ada pemeriksaan karcis. Ternyata kami salah gerbong. Kami duduk di gerbong kelas satu sementara karcis kami kelas dua. Disuruh pindah, ha..ha.. malu deh. Sejak kejadian itu kami belajar mengetahui tanda-tanda yang membedakan mana kelas satu dan mana kelas dua. Tanda itu memang ada walau tak kentara baik di luar dekat pintu masuk dan di ujung-ujung gerbong. Selain itu di dalam gerbong kelas satu seat-nya dua-satu, sementara di gerbong dua seat-nya dua-dua. Sejak itu kami tak pernah salah naik gerbong lagi. Kami menikmati pemandangan indah, pemandangan alam terindah yang pernah saya lihat dalam seumur hidup ada di Swiss! Betul-betul perpaduan dari anugerah alam ditambah pemerintah dan penduduk yang pintar mengelola lingkungan.

Dari stasiun Engelbergh ke cabel car station berjalan kira-kira 1 km. Pemandangan yang bagus membuat jarak menjadi pendek saja. Di Engelbergh terdapat banyak hotel yang tampaknya cocok didatangi turis berkendaraan karena tidak ditemukan public transportation di kota kecil ini. Kala kepala mendongak ke atas terlihat berdiri dengan megahnya deretan puncak pegunungan Alpen yang berselimut salju sepanjang tahun meskipun di saat summer. What an amazing view! Hati semakin tak sabar ingin sampai di salah satu puncaknya: Mount Titlis. Engelbergh sendiri berada di ketinggian 1000m dari permukaan laut (sebagai perbandingan Bandung dan Bukit Bendera di Penang hanya setinggi 700 m). Menuju ke puncak dibagi dalam 3 tahapan/ jenis cable car.

Tahap-1 menggunakan pure cable car kapasitas 6 orang (480kg) ke ketinggian 1500m (ada pemberhentian antara) dan 1800m. Di bawah kami banyak sekali cattle yang terdiri dari sapi-sapi susu yang dibiarkan bebas sedang makan rumput yang digantungi lonceng di lehernya sehingga sayup-sayup terdengar alunan music yang enak didengar. Sebelum menyadarinya saya sempat berpikir ada yang menabuh gamelan, tapi masa di Swiss ada orang bermain alat music Jawa? Ternyata bukan orang yang memainkannya tetapi sapi.

Tahap-2 dengan cable car berisi kira-kira 25 orang mengantarkan kami ke ketinggian 2450m. Di tahap-2 ini udara terasa makin dingin. Jaket dan sarung tangan pun dikenakan. Pada tahap-3 kami diangkut dengan Revolving Cable Car (berputar 360oC) memuat hingga 25 orang. Rumahnya berbentuk bundar dengan poros dan alasnya membuat kami spinned in the air. Agak ngeri juga melihat ke bawah karena kemiringannya curam sekali lebih curam dari cable car di Genting Highland. Ketika sampai dipuncak, thermometer raksasa menunjukkan 1oC. Yess, kami sudah ada di salah satu puncak pegunungan Alpen! Di ketinggian 3020m ini kami memanjakan mata yang baru kali ini melihat salju terhampar dihadapan kami (kecuali Sita yang disambut salju pada saat berkunjung tugas dinas ke IOP di Chicago pada musim dingin tahun 2006 yang lalu).

Kami semua merasa takjub memandangi hamparan alam yang luar biasa indah. Kami masih lanjut ke lapangan salju dengan flyer ice yaitu cable car terbuka berbentuk kursi bench yang sebenarnya bisa memuat hingga 6 orang. Sesampainya ditujuan kami berempat berpartisipasi bersama ratusan turis lainnya bermain ‘ban seluncur’ yang meluncur dari ketinggiandengan jarak kira-kira 250m. Asyik juga, Cuma waktu kembali terasa capek karena jalan menanjak dan satu hal yang pasti oksigen tipis. Oleh sebab itu nggak mau mengulang dua kali, cukup sudah. Jam menunjukkan 3pm perut lapar. Di satu-satunya café Sita membeli 1 cup chocolate dan French fries ditambah 4 cup air panas untuk menyeduh Pop mie yang kami bawa dari Jakarta. Belanja segitu saja 17CHF.


Turun gunung lagi ke Engelbergh. Menyempatkan mampir di took souvenir dekat stasiun. Kereta Engelbergh-Luzern berangkat jam 4.41. Sampai di Luzern foto-foto di Chapel Bridge yang kesohor itu lalu mampir ke Casagrande sebuah souvenir shop yang ramai pengunjung. Biasanya yang dibeli orang-orang saat berkunjung ke Swiss yaitu pisau lipat Victorinox atau Wenger yang dibuat untuk memenuhi spesifikasi kebutuhan militer dan tentu saja jam tangan! Siapa yang tak kenal jam tangan buatan Swiss. Hanya saja untuk yang terakhir ini harganya lumayan dapat menguras kocek. Saya sendiri beli jam tangan Wenger dengan tampilan klasik yang berpengikat leather. Cita-citanya sih Tag Heuer/ Tissot automatic yang dilengkapi dengan chronograph hanya apadaya budget tak sampai. Tak apa-apalah yang penting punya jam tangan Swiss yang dibeli di Swiss. Rasanya sudah lebih dari cukup.

Di toko ini jika foreigner (dibuktikan dengan menunjukkan passport) berbelanja minimal 300CHF tax yang sebesar 7% dapat dikembalikan. Belakangan tahu bahwa untuk mengurusnya tidak mudah. Ada form yang diisi kemudian harus distempel petugas imigrasi dan dikirim ke instansi pajak yang tertera pada form. Karena kami tak menemukan petugasnya di airport terpaksa kami mengembalikannya via kedubes Swiss setibanya di Jakarta. Masalahnya adalah potongan tax-nya sudah diperoleh sementara bukti administrasinya belum dapat diterima dinas pajak setempat padahal data paspor termasuk alamat tempat tinggal sudah disetor. Kalau hal buruk terjadi, bisa-bisa kita dituduh penggelap pajak ha..ha.

Balik ke Zurich pake KA 7.25pm, satu jam perjalanan, langsung menuju hotel untuk segera solat Ashr dan Zuhur yang di jama’. Hari ini di jalan menuju hotel yang banyak café banyak orang berkumpul nonton bareng sepakbola dunia yang digelar di Afrika Selatan pertandingan antara Chilli vs Spanyol. Swiss berada di grup ini rasanya. Partai ini menentukan apakah Swiss bisa maju ke babak berikutnya atau tersisih. Mala mini kami keluar hotel untuk mencari sesuap makan. Ada kebab turki yang halal. Satu kebab seharga 8.5CHF dan Evian air mineral 500ml seharga 3.5CHF dan kami berempat. Tak ada yang murah di Swiss. Hanya saja ukurannya itu yang membuat kami tercengang. Menurut Feby kebabnya sebesar pentungan ronda. Hanya Sita yang sukses menuntaskan tugas, tiga lainnya menyerah tak habis, burger Anya malah jatuh ke lantai. Kami makan di persimpangan Central duduk di kursi beratapkan langit malam menikmati malam terakhir di Zurich. Hal yang nggak akan terjadi di Jakarta.

Di hotel resepsionis memberitahu kami kalau jatah breakfast besok pagi sudah ditaruh di kulkas sebagaimana permintaan kami karena tak mungkin sarapan di hotel saat kami ditunggu KA ke Milan Italy jam 7.09am besok.

2 komentar:

  1. Mbak, suhu mount titlis saat bulan agustus kira-kira berapa ya?

    BalasHapus
  2. Mbak, suhu mount titlis saat bulan agustus kira-kira berapa ya?

    BalasHapus