Swiss

Swiss
Engelbergh Juli 2010

Minggu, 08 Agustus 2010

Erope Trip day-7 Zurich-Venezia

Hari ketujuh | Zurich - Venezia | Sabtu 26 Juni 2010

Menurut perkiraan hari ini akan diisi penuh dengan perjalanan Zurich-Milan-Venezia. Ya Venesia kota air itu yang banyak perahu dayung (gondola) melewati kanal dan jembatan dan dikenal banyak orang sebagai tempat yang romantic itu. KA Trenitalia yang kami tumpangi tak sebagus KA antarkota di Swiss. Perjalanan Zurich-Milan melewati Arth-Goldan dan Lugano dengan pemandangan yang menarik. Mendekati Milan KA mendaki bukit/gunung dan menembus beberapa terowongan panjang.
KA betul-betul bertenaga. Kawasan stasiun Milan mengingatkan saya pada stasiun Manggarai hanya sentralnya jauh lebih besar. Kami harus berangkat lagi ke Venezia dengan SBB jam 12.05pm sehingga tak sempat mengunjungi dil Ilmo, sebuah gereja tua antic mirip basilica yang katanya hanya 4 stop jika naik metro.

Kereta ke Venezia yang kami naiki berasal dari Geneva mewah sekali serasa ada didalam pesawat, jauh lebih bagus dari kereta Zurich-Milan yang dioperasikan oleh Trenitalia. Perjalanan ke Venezia melewati Verona dan Vicenza. Venezia yang kami tuju dikelilingi dengan laut Adriatik. Sesampainya di stasiun St. Lucia (baca Santa Lucia bukan Santa Lusia) langsung menuju hotel Albergo Marin dengan menyebrangi jembatan besar bertangga yang tidak bagus bagi travelers yang membawa kopor-kopor berat. Seperti biasa, hotel tak memiliki elevator hanya kami masih beruntung dapat kamar 106 di lantai 1.

Pengalaman yang tak mengenakkan terjadi ketika resepsionis yang tampaknya ramah itu memanggil kami untuk memberitahu satu dari lembaran 50E dari total 380E yang dibayarkan untuk biaya menginap selama dua malam itu bermasalah alias tidak lolos alat pemeriksa uang. Memangnya kami ini komplotan pengedar uang palsu? Biar tau, kami ini menukar uang di authorized money changer di Jakarta! Uang yang satu lembar itu tak ada bedanya dengan uang yang lain, hanya memang ada coretan pulpen sepanjang 3cm di permukaannya. Nggak mau ribut, kami tukar dengan lembaran lainnya.

Sampai di hotel jam 4pm. Taruh barang lalu langsung jalan. Kondisi kami berempat fit luar biasa tanpa dopping. Hanya mengandalkan gizi yang baik seperti rajin makan buah (apel, jeruk, pir, tomat mini yang biasa digunakan untuk melengkapi salad) serta susu. Jangan lupa banyak minum. Itu semua biasa kami cari di supermarket, harganya bisa jauh lebih murah dibanding dengan tempat jualan lainnya. Tujuan sore ini adalah San Marco, objek keramaian yang menjadi tujuan utama untuk dikunjungi para turis. Sepertinya enak ngaso sore-sore di plaza terbuka yang cukup luas itu. Berperahu di Venezia telah menjadi magnet bagi turis yang memang merupakan satu-satunya sarana transportasi untuk mencapai objek yang ingin dikunjungi. Dengan mengikuti peta yang disediakan di hotel, kami mengikuti jalan atau gang yang mirip labyrinth, terlalu banyak jalan/gang. Setelah berputar-putar selama 1jam kami menyerah, give up.

Sebagai pengobat hati dan juga penenang, kami beli gelato yaitu eskrim khas Itali nan lembut di lidah dan tentu saja enak. Saya bukanlah penggemar eskrim seperti Feby, Anya atau Sita, tetapi sejak mengenal gelato sepanjang di Itali saya bisa makan gelato 2 kali sehari! Waktu sudah menunjukkan 6pm, kami mampir disebuah ristorante (restoran) memesan spaghetti dan lasagna yang dijamin asli italia. Bandingkan rasa nasi padang yang dijual di Orchard Road dengan nasi padang yang kita makan di Minangkabau. Lebih kurang seperti itulah yang terjadi atas spaghetti dan lasagna Itali itu. Selesai makan, semangat belum putus untuk hari itu. Kami putuskan pergi ke San Marco dengan Pavaretto (sebutan untuk perahu angkutan bermotor di Venezia). Loket penjualan tiket di halte Toma sudah tutup. Beruntung kami menemukan sebuah toko Tabachi yang menjual tiket Pavaretto. Tabachi mirip warung yang menjual aneka ragam kebutuhan. Saya yakin kata Tabachi ada hubungannya dengan Tobacco. Mungkin dulunya warung-warung seperti itu bermula dari menjual tembakau/rokok tetapi dalam perkembangannya menjual aneka macam barang. Kami membeli 4 tiket untuk one way @6E. Anya yang senang pegang-pegang barang pajangan ditegur pemilik took ‘don’t touch!’. Pemilik took disini memang galak-galak seperti si Bopih peliharaan tetangga saya dulu.

Pavaretto tersedia dalam jumlah yang banyak dengan banyak pula jurusannya. Kami harus jeli Pavaretto nomor berapa yang bisa mengangkut kami ke San Marco. Kami menunggu di halte Toma. Dermaga apung yang dilengkapi ruang tunggu dan tempat duduk itu diwarnai seragam putih dengan strip kuning dan berukuran 3x6m. Supaya tidak hanyut, dermaga ditambatkan dengan rantai besi yang besar pada tiga tonggak kayu berdiameter 40cm pada masing-masing ujung kiri dan kanan. Sama seperti bis darat masing-masing pavaretto punya rute sendiri-sendiri dengan informasi halte-halte mana saja yang disinggahi. Untuk urusan transportasi, kemungkinan tersesat di negri sendiri lebih besar ketimbang tersasar di luar negri, swear! So, bagi anda yang ragu untuk bepergian ke luar negri, jangan takut.

Dari halte Toma ke San Marco memakan waktu 30 menit. Suasana ramai sekali, berderet juga kios-kios souvenir dan lukisan artis local dengan objek lukisan keindahan dan keramaian kanal-kanal di Venezia. Banyak juga merpati liar. Orang harus merogoh kocek 1E untuk bisa dirubung merpati. Banyak pula ristorante atau café yang menjual menu khas Italia dengan pelayan yang berdandan rapi. Beberapa menyelenggarakan live music dengan 4 pemain yang menambah ramainya suasana. Kalaulah menginginkan suasana yang lebih romantic, susurilah kanal-kanal Venesia dengan menaiki gondola, perahu tipis khas Venezia memuat 4 orang yang tukang kayuhnya berkaos ala Madura dan berdiri mengayuh di bagian belakang perahu. Hanya saja anda harus menyiapkan 80E (rupiahnya dihitung sendiri ya), kalau perlu sewa pemain accordion yang akan bersenandung di sepanjang perjalanan anda.

Setelah puas menyelusuri jalan sekitar, kami kembali ke hotel dengan menggunakan pavaretto lagi. Sampai di hotel 9pm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar