Swiss

Swiss
Engelbergh Juli 2010

Minggu, 08 Agustus 2010

Europe Trip day-13 Amsterdam-Zaanse Schans-Volendam

Hari ke tigabelas | Amsterdam - Zaanse Schans - Volendam | Jumat 2 Juli 2010

Sarapan ala English Breakfast jam 8am. Roti, selai, the, kopi, telor ceplok (ditawari juga bacon). Kami menuju ke penjualan tiket bis Arriva. Antriannya seperti di bank. Ambil nomor antrian di mesin, nanti dipanggil via display no.antri yang terpampang di atas loket. Tiket berlaku hop on hop off. Tiket ini akan kami gunakan ke Vollendam. Beragkat ke Zaanse Schans, kampung tradisional di luar kota Amsterdam yang terdapat kincir angin (windmollen).

Kami menggunakan bis 911, jendela tertutup rapat tak ada AC, hanya memang roof emergency exitnya terbuka sedikit. Perjalanan jadi kurang nyaman karena suhu diluar memang panas. Sampai di Zaanse Schans meninjau pabrik keju, klompen (sepatu kayu khas Belanda) dan juga masuk ke windmollen melihat bagaimana kincir angin itu dimanfaatkan. Setelah membeli beberapa souvenir mampir di café membeli panekuk. Pelayannya bisa berbahasa Indonesia. Kembali ke Central menggunakan bis 911.


Saatnya berangkat ke Volendam. Bis Arriva pangkalannya terletak persis di belakang stasiun. Bis gandeng Mercedez-Benz itu bernomor trayek 110, sukur kali ini ber AC. Perjalanan menempuh waktu kira-kira 40 menit. Di perjalanan melewati banyak ladang dan banyak cattle rombongan sapi dan biri2 yang sedang merumput. Turun di Volendam langsung menuju supermarket Deen beli air mineral, jus jeruk dan susu dingin. Ada juga dijual souvenir keramik kincir angin, barang yang sama dijual di Zanse Schan tetapi dengan harga yang lebih murah. Bikin keki juga.

Bentuk bangunan dan pertokoan disini terlihat khas, menarik dan bagus-bagus. Di kota nelayan ini banyak bersandar perahu-perahu. Di sepanjang pantainya berderet toko suvenir dan bar yang dipenuhi suporter kesebelasan Belanda yang berkostum serba oranye mendukung jagoannya yang sedang bertanding melawan Brazil di perdelapan final world cup yang dilangsungkan di Afrika Selatan. Udara cukup panas, kami beli eskrim dengan harga €2 per sekop. Harga yang mahal dan rasa yang tidak mampu menandingi kelezatan gelatisimo di Italia.

Banyak orang mengatakan belum ke Volendam, atau bahkan belum ke Belanda kalau belum berfoto dengan pakaian tradisional di studio foto di Volendam. Paling tidak itu pendapat banyak turis Indonesia. Masuklah kami ke salah satu studio foto yang di etalasenya terpampang banyak foto tokoh dan artis dari Indonesia, diantaranya Megawati bersama Taufik Kiemas, Gus Dur, OC Kaligis, Melly Manuhutu, Nur Afni, Chelsea dan lainnya. Tarifnya ditentukan dari banyaknya orang dalam rombongan foto. Kami berempat dikenakan tarif €22.5 belum termasuk softcopy €7.5 yang disimpan dalam sebuah CD. Ada dua pilihan latar belakang; yang pertama dapur beserta pernak-perniknya dan kedua pantai beserta perlengkapan nelayannya, Kami memilik latar belakang dapur karena suasananya kami nilai lebih ramai. Setelah menunggu 30 menit untuk proses pencetakan, kelihatan lucu juga kami berpose seperti itu. Kami mengomentari gaya kami masing-masing.

Suhu udara semakin panas, kami putuskan segera kembali ke Amsterdam dan mendinginkan badan di Magna Plaza sebuah pertokoan mewah (itu informasi yang kami dapat dari internet) yang dimiliki Amsterdam. Kota-kota di Eropa sangat berbeda dengan di Jakarta yang dipenuhi mall. Sayang sekali Magna Plaza yang berada di kawasan Damrak itu tutup jam 7pm, tak sempat kami memasukinya. Sebelum kembali ke penginapan, kami mampir di Albert Heijn untuk memenuhi stok air minum di malam hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar