Swiss

Swiss
Engelbergh Juli 2010

Minggu, 08 Agustus 2010

Europe Trip day-2 London

Hari kedua | London | Senin 21 Juni 2010

Sarapan di hotel yang siap jam 7.30am, dirasakan kami terlalu siang. Maklumlah kami berada dalam posisi semangat tinggi untuk dapat segera mengeksplor London. Untuk hotel sekelas Edward House (di tanah air lebih tepat dibilang losmen) sarapan yang disediakan not bad. Beragam pilihan minuman panas tersedia yang disiapkan mesin seperti coffee, chocolate, cappuccino, expresso ditambah jus apel, jus jeruk, yoghurt, roti-rotian yang dilengkapi selai dan toaster, sereal dan susunya. Ruangan sarapan yang terdiri dari 4 set meja itu menyatu dengan ruang resepsionis dan dapur yang luasnya tidak lebih dari 4x4m saja. Orang Jawa Barat bilang hareurin hitut.



Selesai sarapan kami menuju stasiun Victoria yang ternyata besar dan letaknya lebih dekat dibanding ke Pimlico. Target pertama adalah berburu Big Bus yang melayani London city tour dengan bis tingkat dua terbuka dan hop on hop off. Kami menemukannya dan membayar 62GBP termasuk tiket Thames River Cruise (yang pada akhirnya tidak termanfaatkan) untuk berempat. Rutenya dibuat sedemikian rupa melewati places of interest. Ikut mengantre bersama kami dua orang nenek bule (yang satu sudah memakai tongkat) yang duduk di kiri depan kami watu di kabin Emirates dari Dubai. Berkeliling kota London dengan Big Bus sangat efektif (ada perusahaan sejenis dengan Original Tour). Penumpang yang bebas turun naik disetiap halte pemberhentian itu mengantarkan kami melewati rute untuk melihat hamper semua tempat yang menjadi Landmark kota London diantaranya Big Ben dan parliament housenya, London eye, Tower Bridge, Tower of London, Thames River, Trafagal Square, British Museum dan tentu saja Istana Buckingham juga. Kami juga melewati Hyde Park yang biasa dipakai konser music. Beginilah rupa nyatanya tempat yang digunakan Eric Clapton untuk melantunkan lagu-lagunya termasuk Layla dan I Shot the Sheriff yang suka saya tonton DVDnya itu.

Bersama Big Bus kami putuskan untuk mengelilingi rute secara komplit satu roundtrip supaya bisa mendapatkan picture yang baik tentang London dan memutuskan kemudian untuk mendatangi interest places yang hendak dituju dengan cara yang berbeda. Salah satu tekad kami dalam travelling ini adalah menjajal fasilitas pubic transportation di semua tempat yang dikunjungi sehingga kami bisa merasakan dan menjadi bagian dari real living in heart of the city. Di sepanjang perjalanan si bule live-guide yang botak kepala depannya, berkacamata minus dan beranting sebelah itu nggak ada capeknya nyerocos bercerita seputar tempat-tempat yang kami lewati. Udara hangat siang itu 25oC padahal kami semua prepare dengan jaket karena informasi internet yang dibrowse saat di Jakarta mengatakan suhu London saat ini seharusnya 13oC. Biar begitu udaranya terasa sejuk dan segar sehingga kami tetap merasa nyaman berada di tingkat dua yang terbuka pada bis double decker tersebut. Banyak hal unik yang dijumpai misalnya bis-bis kota tingkat atau gandeng berwarna merah khas London.

Taksi-taksinya juga unik dengan model yang antic terlihat mungil tetapi memiliki kabin yang cukup luas untuk memarkir kopor penumpang. Tidak seperti di Jakarta, meskipun sudah diramaikan dengan maraknya telpon genggam, di London public phone sangat mudah dijumpai dengan bentuk kamar telpon yang berbingkai kotak-kotak dan lagi lagi berwarna merah cabe yang sangat khas. Arsitektur bangunan terkesan kuno tapi antic yang dijumpai sepanjang jalan menggambarkan cita rasa orang Inggris yang berselera, semuanya enak dipandang. By the way, satu roundtrip diselesaikan dalam waktu hampir 2jam setelah singgah di 24 halte pemberhentian.

Semula kami bermaksud makan siang di Trafalgar Square, sebuah plaza terbuka yang luas dengan tugu tinggi yang ditunggui 4 singa besar di tia sudutnya serta air mancurnya, tetapi waktu sudah menunjukkan jam 12 lewat dan yang mendesak perut sudah keroncongan. Kami memutuskan break dulu dengan membuka bekal makan siang yang Sita siapkan tadi pagi. Hari ini lunch mengambil tempat di Stasiun Victoria saja. Lanjut ke Trafalgar Square dengan Underground setelah melakukan top up untuk Oyster saya dan Sita, dan one day pass untuk Feby. Feby banyak belajar which line should we take, the route, and where the exchange line should be. Sebenarnya gampang saja untuk memahaminya asal kita jeli karena di London (dan dikota-kota lain yang kami kunjungi) informasi transportasi memang sangat memadai. Saya berani mengatakan probabilitas saya tersesat di negeri sendiri jauh lebih tinggi ketimbang berada di Eropa (barat). Sampai di Trafalgar Square kami foto-foto dan masuk ke National Gallery Museum yang berisikan banyak painting yang dibuat pada abad 19 dan 18 atau lebih tua lagi tetapi seperti pada umumnya yang terjadi di Eropa, lukisan-lukisan ini terawatt baik.

Dari sini kami melanjutkan ke London Eye dengan menaiki Big Bus (it is free due to same day we buy ticket). London Eye adalah kincir raksasa (bianglala) dengan diameter 122m atau duaratus kali diameter ban sepeda. Terdiri dari 32 kapsul besar yang masing-masing kapsul bisa menampung hingga 20 orang. Yang paling bersemangat naik London Eye ini adalah Feby dan Anya. Tiket sudah dibeli di Tourist Information di Victoria seharga 52GBP untuk berempat. Di lokasi penukaran tiket, kami diarahkan masuk ke ruang pertunjukan 4D pakai kacamata dan menonton berdiri film yang berdurasi 10 menit. Antrean masuk ke London Eye panjang juga tetapi mengalir cepat karena tiap kapsulnya menyerap banyak pengunjung jadi kami menunggu dalam waktu yang singkat saja. Dari bianglala raksasa yang memiliki ketinggian 315m itu kita bisa melihat kota London dari ketinggian termasuk yang menonjol adalah Thames River dan Parliament house beserta Big Bennya. Sebuah pengalaman yang menakjubkan.

Setelah selesai ikut berputar kami berjalan menuju Parliament yang letaknya bersebrangan secara diagonal dari arah London Eye terpisahkan Thames River. Jalan raya/ jembatan di depannya sangat lebar. Dengan meminta tolong turis asing kami berfoto lengkap berempat didepah Parliament dan Big Bennya. Waktu sudah menunjukkan 3.30pm, kami harus bergegas; naik river cruise atau ke 1st Regent St untuk menukar London Pass karena kantornya sebentar lagi tutup. Kami menuju stasiun terdekat, dengan Underground menuju Picadilly Circus.

Perjalanan dilanjutkan ke British Museum dengan Underground. Melihat mummy dan peninggalan kebudayaan kuno lainnya (Babylon, Yunani, Romawi, China). Masuk ke museum ini free of charge meskipun ada imbauan melalui charity box yang ditempatkan pada beberapa titik untuk 5GBP atau 5E atau kelipatannya. Museum ini sangat besar dan dikelola dengan sangat baik. Kaki kami mulai merasa kepayahan, gempor. Di perjalanan pulang menemukan restoran Malaysia, kami mampir beli steam rice 4 kotak seharga @1.8 (ekivalen Rp.24 ribu nasi saja belum masuk lauk). Sesampai di hotel tiba pukul 7pm, kami makan malam dengan rendang yang dibeli di Patapang Jaya, warung nasi Padang dekat rumah. Habis makan, mandi dan mimpi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar