Swiss

Swiss
Engelbergh Juli 2010

Kamis, 12 Agustus 2010

Europe Trip day-16 Paris

Hari ke enambelas | Paris | Senin 5 Juli 2010

Tarif hotel di Du Brabant yang €110 per malam untuk kamar quadrople itu tidak termasuk breakfast. Untuk breakfast ditarik €3.5 per orang untuk menu roti + selai+ the/kopi +susu. Pemilik hotel yang tampaknya keturunan Aljazair itu memelihara anjing herder yang besar yang menggonggong setiap kali melihat Feby dan Anya.

Selesai sarapan kami bergegas menuju Gare Du Nord untuk membeli mobilis (tiket daily pass yang dapat digunakan untuk transportasi RER atau Metro). Harga tiket bergantung zonanya (ada 5 zona). Tujuan pertama kami di Paris adalah Eiffel! Dari Gar du Nord naik RER B arah Robinson, setelah 5 stop turun di Denfert Rocheream lalu disambung RER C dan turun di Champ de Mars (RER C ini double decker). Dari stasiun Champ de Mars kami menyusuri Seine River yang terkenal. Menara Eiffel yang menjulang tinggi kelihatan sudah.

Menyebrangi jalan langsung antre tiket. Antreannya panjang sekali hingga sampai di depan loket butuh waktu 30 menit. Tiket masuk €8.5. Ada 3 tingkatan di menara Eiffel: 1st level, 2nd level dan top level. Harga tiket tadi hanya mengantarkan kita hingga 2nd level. Untuk bisa naik hingga top level, tiket dijual di 2nd level Kami tak bermaksud ke top level karena dari 2nd level saja seluruh kota Paris sudah dengan jelas terlihat.
Restoran dan toko suvenir tersedia di menara tetapi tidak direkomendasikan karena harganya mahal. Mending cari beberapa kios yang jaraknya 100-200m dari menara, harganya lebih terjangkau. Di pelataran banyak orang kulit hitam menjajakan suvenir miniatur eiffel. Banyak pula dijumpai perempuan dengan baju lusuh yang mengaku dari Bosnia menjadi pengemis.

Setelah puas foto-foto kami berangkat ke musee de Louvre yang menyimpan koleksi peradaban dunia dari Romawi, Mesir Kuno hingga Mesopotamia yang jaraknya sekian ribu tahun di belakang kita. Disini tersimpan karya seni lukis mulai abad 17 hingga Monalisa karya Leonardo da Vinci yang sangat terkenal dan patung Aphrodite (Venus de Milo) yang terbuat dari marmer putih yang terlihat sempurna.

Dari Eiffel tower ke Musee de Louvre menggunakan Metro 6 jurusan Charles de Gaulle dari stasiun Bier Hakeim 5 stop lalu sambung dengan Metro 1 jurusan Chateau de Vincennas sebanyak 6 stop berhenti tepat di bawah musee de louvre. Namun sebelum itu di Bier Hakeim kami santap siang dulu di restoran Libanon Samaya. Ini benar-benar restoran bukan fastfood. Dengan pengeluaran €42 untuk berempat, menjadikan ini makan siang termahal kami selama di Eropa. Hanya sayang sekali citarasanya tak mengena di lidah kami. Tapi pelajarannya kami jadi tahu masakan Libanon. Its ok.

Hari ini tim kami sangat hebat, berjalan sangat jauh dan tentu saja melelahkan. Dalam perjalanan menuju Arc de Thriomphe sempat beberapa kali istirahat. Meskipun matahari terik tapi tak menyengat anginpun terasa sejuk. Beberapa kursi/ bench yang disediakan di taman-taman bisa kami manfaatkan untuk beristirahat sejenak. Sebelum sampai di Champ Elysees kami melalui Place de la Concorde dengan tugu dan plaza terbuka. Champ Elysees dipenuhi toko barang-barang branded diantaranya gedung Lois Vuitton yang terlihat antrean panjang pengunjung untuk memasukinya. Banyak juga restoran/ café yang menggelar mejanya di trotoar yang lebarnya kira-kira 20m! Akhirnya kami tiba di Arc de Thriomphe yang sangat besar. Terlihat beberapa orang berjalan-jalan di puncaknya. Kami santap malam di Champ Elysees dengan maksud jika sampai hotel tinggal mandi, solat dan tidur.

Setelah ngaso di kamar hotel, kami dikejutkan bunyi fire alarm yang memekakkan telinga. Kaget bukan alang kepalang ditambah alarmnya tak kunjung berhenti. Saya jadi agak panik khawatir terjadi apa-apa. Saya turun ke lobby sementara Feby masih di kamar mandi. Sita dan Anya masih dengan tenangnya leyehan di tempat tidur. Sepasang orang Cina meminjam dapur untuk memasak nasi, mereka teledor hingga nasi gosong asap mengepul. Sensor yang sensitif membunyikan alarm. Tamu-tamu dari kamar lain saling menyusul turun. Petugas hotel yang hanya satu orang itu mulai terlihat panik tak tahu bagaimana me-reset alarm. Setelah kira-kira 10 menit alarm berhenti dengan sendirinya karena mungkin sudah tidak mendeteksi asap lagi. Orang oriental itu meminta maaf. Setelah memastikan everything is going fine saya kembali ke kamar. Ada-ada saja.. Satu hal yang pasti fungsi fire detector di hotel bintang satu itu (lebih tepat dikata losmen) berfungsi baik, saya jadi salut! Coba Anda check in ke hotel berbintang di Jakarta, andai ada orang merokok di dalam kamar, apakah fire detector akan meraung-raung?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar