Swiss

Swiss
Engelbergh Juli 2010

Minggu, 08 Agustus 2010

Eutope Trip day-1 Jakarta-London

Hari pertama | Jakarta – London | Minggu 20 Juni 2010

Pesawat Emirates yang kami tumpangi take off 00.40 dari bandara Soekarno Hatta. Duduk di seat 8C, 8D, 8E,8F. Perjalanan 7 jam menuju Dubai terasa sangat panjang, tetapi dengan pesawat jenis Air bus A-380 disertai makanan yang disajikan yang menarik (juga dijamin halal) serta inflight entertainment yang keren (jadi membandingkan apa yang pernah didapat dari SQ, Qantas, Cathay, British Airways dan tentu saja Garuda) membuat perjalanan cukup menyenangkan.
Saya menikmati beberapa film baru yang belum pernah ditonton diantaranya Twilight saga yang dibintangi actor dan artis muda Robert Pattison, Kristen Stewart dan Taylor Lautner. Istri saya Sita sibuk mencari hits oldies yang pernah bertengger di UK hits sekitar tahun 60-an. Ternyata kami punya selera yang berbeda. Anak pertama Feby (13) memutar lagu-lagu pop rock Jepang yang banyak digandrungi anak seusianya sementara Anya (10) puas dengan memutar film animasi Finding Nemo dan Bugs Life produksi Walt Disney – Pixar.

Pesawat mendarat di Dubai pukul 4am local time. Sambil menunggu boarding berikutnya kami mengitari Duty Free Shop untuk memberikan kesempatan pada kaki kami bergerak karena selama di udara lebih banyak terikat di kursi. Sita sempat membeli beberapa potong coklat di salah satu counter dengan uang Dirham yang dipersiapkan dari Jakarta. Cuaca cerah, pesawat meninggalkan Dubai jam 7.45 am local time dan mendarat di London Heathow jam 12am local time dengan lama penerbangan 6 jam. Melewati petugas imigrasi kami tak mengalami hambatan, dia memeriksa visa dan memastikan 4 orang yang kini dihadapannya itu sesuai dengan foto di passport. Beberapa pertanyaan biasa seperti dalam rangka apa, tinggal di UK berapa lama dan mau lanjut kemana, that’s all. Perjalanan panjang serta perbedaan waktu (6 hrs behind Jakarta) sebenarnya membuat kami lelah tapi serasa mimpi kami sekeluarga mendarat di negeri orang nan jauh sudah menginjakkan kaki di London!

Sampai di Heathrow hanya baru permulaan. Kami harus menemukan hotel Edward House tempat kami menginap selama 3 hari yang dibooking via internet. Karena kami sama sekali tidak menggunakan jasa tour dalam travelling ini maka sesungguhnya petualangan baru akan dimulai. Untuk memasuki kota London kami memerlukan tiket pass yang disana disebut Oyster (sama seperti EZ-link Di Singapura atau Octopuss di Hongkong). Oyster yang bisa digunakan untuk Underground ini kami beli untuk 2 adult (seharga 3GBP untuk card dan 5GBP untuk minimal top-up). Feby yang dianggap masih anak-anak mengambil yang harian (2GBP) sementara Anya yang 10th free. Belakangan ketahuan bahwa tariff transportnya mahal diindikasikan dari harus seringnya kami melakukan top-up.

Dari Airport Heatrhow kami naik Underground dengan mengambil line Piccadily. Setelah 13 stasiun kami turun di Green Park dan lanjut dengan line Victoria serta berhenti di Pimlico. Dengan meraba-raba peta kami mencari hotel yang beralamat di 5 St. George Drives itu. Kami berjalan kaki dengan masing-masing menggeret 1 kopor dan 1 ransel di punggung sepanjang hamper 1 km. Lama setelah kami berjalan baru sadar bahwa kami seharusnya turun di stasiun Victoria. Edward House terletak di ujung St. George Drives, kami masuk dari ujung yang salah. Kami menertawakan diri sendiri, benar-benar rasanya seperti rusa masuk kampung. Maklum saja ini hari pertama. Hari-hari berikutnya gak boleh kejadian lagi. Hotel itu ditunggui resepsionis keturunan India, dia langsung mengenali kami yang berpenampilan begitu asia. Bayar hotel in advance katanya. Kami membayar untuk 3 malam @99GBP untuk kamar quadruple yang berukuran 3.5x5m itu. Untuk menekan biaya perjalanan kami memang memilih hotel-hotel kelas menengah bawah. Toh hanya buat tidur, yang penting bersih.

Hotel kami berhadap-hadapan dengan hotel lainnya Comfort Inn yang tampak lebih bagus. Letak kamar ada di lantai 3 tanpa ada elevator. Hanya ada tangga yang narrow dan curam. Saya membayangkan how to get our luggages upstair yang masing-masing beratnya rata-rata 18 kg!
Tidak ada kata lain selain membawanya by ourselves karena mana sudi si petugas hotel yang bertugas hanya sendirian itu membantu kami. Berbekal perjuangan dan niat kuat kopor-kopor itu sampai juga di kamar. Kamarnya lumayan juga 4 beds dan kamar mandi super kecil 1x2m tidak ada AC yang ada heater. Nyata sekali bahwa hotel-hotel disini lebih dirancang untuk siap menghadapi musim dingin daripada musim panas. Niat semula untuk keluar sore gagal karena jetlag menghinggapi kami. Di Jakarta tengah malem nih. Satu hal bahwa sunset (baca: maghrib) jam 9.30pm dan 4.10am sudah terang! Ini memang summer sehingga siang lebih panjang.

1 komentar:

  1. Bagus pak sharingnya... Kami sekeluarga rencana ke Eropa bulan Agustus ini. Saya amati hotel2 di London memang ga ber AC. Boleh disharing pak udara waktu itu . Untuk summer panas banget tidak untuk kamar non AC?? Thanks thanks.. ditunggu tulisannya lagi. BTW sya juga tinggal di Depok

    Santi

    BalasHapus